Menghindari obat palsu : Belilah obat di tempat resmi Teliti kemasan luar. Setelah dibeli, segera diteliti kemasan dalamnya. Jangan beli obat yang kemasannya meragukan Jangan minum obat yang yang nampaknya meragukan

Wednesday, May 27, 2009

SWAMEDIKASI

Apakah Swamedikasi ?
Swamedikasi berarti : mengobati segala keluhan pada diri sendiri dengan Obat2 yang dapat dibeli dengan bebas di Apotek atas inisatif sendiri tanpa nasehat dokter.
(Dalam forum ini hanya dibahas keluhan2 kurang serius yang paling sering terjadi tetapi adakalanya bersifat sangat menjengkelkan)

Keluhan apa yang dapat diobati sendiri ?
Keluhan2 ringan, gangguan ringan pada tubuh yang kita rasakan dan biasanya dapat sembuh dengan sendirinya (tanpa Obat) seperti Salesma, flu.
Juga keluhan2 lain seperti nyeri kepala dan tenggorokan, nyeri lambung, punggung, dan nyeri otot, sembelit, diare,wasir,infeksi cacing, keadaan lelah/lesu,mabuk jalan,jerawat, panu, kutu air dan berbagai macam gangguan kulit lainnya.

Keluhan apa yang tidak boleh diobati sendiri ?
Keluhan pada mata serius batuk dan serak yang bertahan lebih lama dari 1 minggu, dan tidak mau sembuh, juga batuk berdarah terjadinya perubahan pada tahi lalat atau kutil rasa nyeri atau sulit menelan yang tidak mau sembuh borok yang tidak mau sembuh BAB (buang air besar) / BAK (buang air kecil) dengan darah rasa nyeri atau sulit BAK (buang air kecil) keluar lendir/darah yang luar biasa dari vagina timbul benjolan pada payudara atau tempat lain di tubuh demam diatas 40 C yang bertahan lebih dari 2-3 hari
diare atau muntah2 hebat. Keluhan2 pada saat wanita hamil dan menyusui. Alergi berkepanjangan

Adakah resiko swamedikasi?
Swamedikasi bukan berarti bebas dari resiko. Swamedikasi yang kita lakukan bisa menimbulkan resiko apabila :
Kita tidak mengenali keseriusan gangguan. Keseriusan keluhan2 dapat dinilai secara salah atau bahkan mungkin tidak dikenali, sehingga pengobatan yang kita lakukan sendiri bisa terlalu lama, gangguan2 itu bisa menjadi lebih parah, sehingga kemudian dokter mungkin perlu menggunakan obat2 yang lebih keras atau bahkan datang terlambat.
Penggunaan Obat kurang tepat. Resiko lain adalah obat2 yang kita gunakan salah, terlalu lama atau dalam takaran yang kurang tepat.misalnya obat2 sembelit (laksansia) bila digunakan dalam jangka waktu lama malah dapat memperburuk keluhan.
Guna mengatasi resiko2 tersebut, maka kita perlu sekali mengenali gangguan2 / keluhan2 yang kita rasakan. Selain itu aturan pakai atau peringatan2 yang selalu ada disetiap kemasan obat hendaknya dibaca dengan seksama dan ditaati dengan baik. Jika membeli obat diapotek mungkin bisa berkonsultasi dengan Apoteker untuk dapat membantu anda lebih mengenali keluhan2 dan obat apa yang tepat untuk dikonsumsi
Swamedikasi sangat bermanfaat bila dilakukan dengan benar sangat bermanfaat bila dilakukan dengan benar.
Swamedikasi yang yang salah dapat membahayakan salah dapat membahayakan
Pilih obat berdasarkan kandungan bahan aktif Pilih obat berdasarkan kandungan bahan aktif
Waspadai iklan Waspadai iklan, cari kelengkapan informasi obatnya dari cari kelengkapan informasi obatnya dari kemasanJangan malu bertanya tentang obat yang yang akan digunakan
Ingat !!!!!
Anda yang membayar, Anda yang minum obat minum obat, Anda yang akan merasakan kalau ada efek negatif
Jangan telan sesuatu yang Anda tidak tahu
Menghindari kesalahan obat
Jangan pernah minum obat di tempat gelap.
Baca label dengan teliti sebelum meminumnya dengan teliti sebelum meminumnya. Jangan “mengglogok” obat dari botolnya, karena kalau keliru akibatnya bisa fatal.
Tutup botol atau wadah jangan sampai tertukar .
Jangan buang lembar informasi yang menyertai kemasan obat
Jangan hanya mengandalkan ingatan, pastikan bahwa aturan pakai tertulis di kemasan.
Jangan minum obat didepan anak, mereka akan meniru mereka akan meniru
Beri pengertian pada anak bahwa obat bukan permen/sirup

Menghindari obat palsu :
Belilah obat di tempat resmi
Teliti kemasan luar. Setelah dibeli, segera diteliti kemasan dalamnya. Jangan beli obat yang kemasannya meragukan
Jangan minum obat yang yang nampaknya meragukan
Sebelum minum obat !!!! !!!!
Pastikan dulu hal-hal berikut :
Apakah pernah alergi ?
Apakah sedang hamil ?
Apakah sedang menyusui ?
Apakah sedang menjalani pengobatan ?
Apakah menderita penyakit ?
Apakah ada kesulitan :
Untuk membaca informasi dalam kemasan ?
Untuk mengingat informasi ?

Tuesday, May 26, 2009

BPOM RI - Phenylpropanolamin Aman

BPOM RI - Phenylpropanolamin Aman

Penjelasan dari BPOM RI , bahwa obat-obatan yang beredar di Indonesia dan mengandung Phenylpropanolamine (PPA) adalah AMAN selama sudah mendapat IJIN EDAR dari BPOM.
Berikut adalah tulisan mengenai PPA:
Phenylpropanolamine telah dipasarkan selama bertahun-tahun. Pada awal tahun 1970-an, US FDA melakukan tinjauan ilmiah atas produk OTC atau obat bebas untuk menentukan keamanan dan efektivitas produk yang dipasarkan di Amerika Serikat, dan phenylpropanolamine atau PPA atau fenilpropanolamin diikut-sertakan dalam tinjauan tersebut. Pada tahun 1976, hasil panel para ahli menyarankan agar phenylpropanolamine ke dalam kategori GRAS (Generally recognized as safe) atau secara umum aman untuk nasal decongestant. Kemudian pada tahun 1982 para ahli menyarankan agar phenylpropanolamine ke dalam kategori GRAS untuk mengontrol berat. Namun hingga kini FDA belum menyetujui phenylpropanolamine sebagai GRAS karena kekhawatiran tentang laporan-laporan berkala hemorrhagic stroke yang terkait dengan penggunaan obat ini.
Kemudian pada tahun 2000-an PPA mulai banyak dibicarakan di masyarakat karena adanya laporan kejadian stroke hemorrhagic (stroke karena perdarahan) yang terjadi di Amerika Serikat. Berikut adalah reaksi dari banyak negara mengenai PPA.

Berikut adalah beberapa berita Phenylpropanolamine di beberapa negara lain:
Amerika Serikat – perubahan dari OTC ke obat Resep
Langkah-langkah telah diambil oleh Administrasi Makanan dan Obat-obatan untuk menghapus phenylpropanolamine dari semua produk karena risiko haemorrhagic stroke.
Perusahaan-perusahaan obat telah diminta untuk menghentikan pemasaran produk-produk yang mengandung phenylpropanolamine, yang digunakan sebagai decongestant di banyak obat batuk dan pilek dan produk dalam penurun berat badan, yang dijual secara bebas atau kategori OTC.
Kemudian pada tanggal 22 Desember 2005 FDA mengeluarkan pemberitahuan untuk mengumpulan masukkan guna diusulkan kepada pembuat aturan (rulemaking) untuk obat OTC nasal decongestant dan produk penurun berat badan yang mengandung phenylpropanolamine untuk mengubah status phenylpropanolamine sebagai nonmonograph (Kategori II) umumnya tidak dikenal sebagai aman dan efektif. Atau produk ini tidak boleh dijual secar OTC.
Referensi: FDA Talk Paper, T00-58, November 2000 ; http://www.fda.gov/cder/drug/infopage/ppa/; http://www.fda.gov/CDER/drug/infopage/ppa/science.htm

Jepang - Revisi label untuk phenylpropanolamine
Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan menginstruksikan produsen domestik dan jalur distribusi obat-obatan untuk memperbaiki label atas produk yang mengandung phenylpropanolamine (PPA). Label tersebut memuat informasi akan adanya resiko pendarahan otak dan kontraindikasi terhadap penderita hipertensi. 1
Referensi: Farmasi Jepang, 1724, 4 Desember 2000.
Kanada - peringatan konsumen & Reformulasi
Pada awalnya Departemen Kesehatan Kanada hanya mengeluarkan sebuah peringatan tentang phenylpropanolamine (PPA) yang banyak digunakan sebagai nasal decongestant dalam obat resep dan non resep untuk batuk pilek, sinus dan alergi baik dalam bentuk kombinasi produk maupun bentuk sediaan tunggal.
Kemudian selanjutnya Kesehatan Kanada menyatakan bahwa produk obat yang mengandung phenylpropanolamine akan ditarik dari pasar. Mereka menyimpulkan bahwa penggunaan bahan ini di obat-obatan OTC dan resep, tidak dapat dibenarkan, walau jarang kejadian akan haemorrhagic stroke.

Proses untuk menghapus semua produk yang mengandung PPA dari pasar Kanada telah dimulai. Sejumlah produsen telah diminta untuk mekalukan reformulasi obat batuk dan pilek, sinus dan alergi dengan obat alternatif yang aman dan efektif.
Referensi: Kesehatan Kanada. Siaran Pers, 2000-108, 6 November 2000.
Inggris – perbaikan informasi pasien
Komite Keselamatan Obat-obatan (CSM) telah menerima bukti baru dari Haemorrhagic Stroke Project. Selama pertemuan pada tanggal 8 November 2000, mereka menyimpulkan bahwa bukti hubungan antara haemorrhagic stroke dan phenylpropanolamine (PPA) adalah lemah. Selain itu, obat-obatn untuk pilek yang ada di pasar di Inggris memiliki dosis maksimum harian yang rendah (100 mg) dibandingkan dengan produk yang beredar di Amerika Serikat (1).
Ada perdebatan atas keamanan terhadap phenylpropanolamine yang mungkin tidak berlaku untuk produk-produk Inggris. Di Eropa, isomer yang berbeda yang dikenal sebagai norpseudoephedrine banyak digunakan (2). Pertimbangan dari isomer ini menjelaskan mengapa banyak obat bereaksi
berbahaya di Eropa adalah adanya perubahan mental pada orang-orang di Amerika Utara sehingga mereka lebih kompatibel dengan hipertensi.
CSM ini telah didukung dan disarankan untuk produsen supaya lebih meningkatkan informasi produk yang ada dengan lebih menonjol peringatan. Pasien yang prihatin tentang penghentian produk-produk yang mengandung PPA sebaiknya berkonsultasi kepada apoteker, untuk dapat menyarankan solusi alternatif.
PPA- dan produk yang mengandung PPA tidak boleh digunakan oleh kelompok pasien tertentu, seperti penderita tekanan darah tinggi atau penyakit jantung.
Referensi
1. Komite Keamanan Obat-obatan, 18 Desember 2000. http://www.open.gov.uk/mca
2. Pharmaceutical Journal, 265: 709 (2000)
Australia- tidak ada penarikan obat
TGA yang telah menjadi sadar akan informasi yang berasal dari Amerika Serikat mengenai situasi PPA yang telah beredar luas di masyarakat Australia melalui pesan email. Hal ini tidak jelas dan menyesatkan penerima informasi tersebut berkaitan dengan pasar AS, bukan Australia, terutama sejak beberapa nama merek yang disebutkan, seperti Dimetapp dan Robitussin,
Di Australia tidak ada penarikan atas produk berlaku yang berkaitan dengan PPA dan tidak ada produk yang mengandung PPA di pasar Australia.
Sumber:
http://www.tga.gov.au/docs/html/ppa.htm

Penjelasan BPOM RI terkait informasi obat flu dan batuk yang mengandung Phenylpropanolamine (PPA)


Written by Administrator
Sehubungan dengan maraknya informasi via SMS dan Email yang menyatakan bahwa obat flu dan batuk yang mengandung Phenylpropanolamine (PPA) yang ditarik oleh US-FDA karena diduga ada hubungan perdarahan otak dengan penggunaan PPA dosis besar sebagai obat pelangsing, BPOM RI mengeluarkan keterangan sebagai berikut :

1. Tidak benar pada tanggal 1 Maret 2009 US-FDA mengeluarkan pengumuman tentang obat flu dan batuk yang mengandung PPA seperti diberitakan melalui sms dan email.
2. Saat ini tidak ada informasi baru terkait keamanan PPA. Pada bulan November 2000 US-FDA menarik obat yang mengandung PPA karena diduga ada hubungan antara perdarahan otak dengan penggunaan PPA dosis besar sebagai obat pelangsing.
3. Di Indonesia PPA hanya disetujui sebagai obat untuk menghilangkan gejala hidung tersumbat dalam obat flu dan batuk dan tidak pernah disetujui sebagai obat pelangsing.
4. Obat flu dan batuk yang mengandung PPA dan telah mendapat izin edar aman dikonsumsi sesuai aturan pakai yang telah ditetapkan.

PPA (phenylpropanolamine)

Jangan Konsumsi Obat Flu ber-PPA Melebihi Dosis

-- Obat flu atau batuk yang mengandung PPA (phenylpropanolamine) atau golongan simpatomimetik tidak boleh dikonsumsi melebihi dosis.''Selain memperhatikan peringatan yang tercantum pada bungkus obat (label), harus juga diperhatikan bahwa obat flu tidak boleh diminum melebihi dosis,''
Penggunaan obat flu dan batuk yang mengandung PPA ini berdasarkan aturan untuk dewasa dosis maksimal 75 gram per hari. Sedangkan untuk anak-anak usia 6-12 tahun 37,5 gram per hari.
Meskipun penggunaan obat flu dan batuk tersebut tetap memungkinkan terjadinya efek samping. Tapi sifatnya ringan dan sementara.Dapat berupa mengantuk,sakit kepala,mual,muntah gelisah atau susah tidur.
Terkait dengan email maupun sms tentang penarikan obat flu dan batuk yang mengandung PPA oleh US-FDA (badan keamanan obat Amerika), Husniah menyatakan tidak benar.Berdasarkan email dan sms, obat flu dan batuk yang dimaksud diantaranya mencakup merek Decolgen, Mixaflu, Mixagrip, Neozep Forte, Procold, Sanaflu, Stopcold, Siladex,Triaminic drops, Tusalgin,Flucyl dan Fludane.
Husniah mengatakan bahwa saat ini tidak ada informasi baru terkait keamanan PPA.Pada bulan November 2000, US FDA menarik obat mengandung PPA karena diduga ada perdarahan otak atau hemorrhagic stroke dengan penggunaan PPA dosis besar sebagai obat pelangsing.
Di Indonesia PPA hanya disetujui sebagai obat untuk menghilangkan gejala hidung tersumbat dan tidak pernah disetujui sebagai obat pelangsing.''Obat flu dan batuk mengandung PPA yang telah mendapat izin edar aman dikonsumsi sesuai aturan,'' tutur dia.
Sampai saat ini , tidak pernah diterima laporan efek samping stroke atau pendarahan otak yang berhubungan dengan penggunaan PPA.Obat flu mengandung PPA ini memang tidak boleh dikonsumsi oleh pasien darah tinggi,hipertiroid,penyakit jantung,diabetes,glucoma,hipertropi prostat atau pasien yang sedang mengkonsumsi obat anti depresan golongan penghambat mono amin oxidase (MAO).
Keterangan pers tentang penjelasan terkait informasi obat flu dan batuk yang mengandung phenylpropanolamine (PPA) 21 April 2009


KETERANGAN PERS
TENTANG
PENJELASAN TERKAIT INFORMASI OBAT FLU DAN BATUK YANG MENGANDUNG PHENYLPROPANOLAMINE (PPA)
NOMOR: KH.00.01.1.3.1751
TANGGAL 21 APRIL 2009
Mengulang Keterangan Pers Nomor KH.00.01.1.3.1673 tanggal 16 April 2009 tentang Penjelasan Terkait Informasi Obat Flu dan Batuk yang Mengandung Phenylpropanolamine (PPA), Badan POM memandang perlu menjelaskan kembali kepada masyarakat hal-hal sebagai berikut:
1. Tidak benar pada tanggal 1 Maret 2009 US-FDA mengeluarkan pengumuman tentang obat flu dan batuk yang mengandung PPA seperti diberitakan melalui sms dan email.
2. Saat ini tidak ada informasi baru terkait keamanan PPA. Pada bulan November 2000 US-FDA menarik obat yang mengandung PPA karena diduga ada hubungan antara perdarahan otak dengan penggunaan PPA dosis besar sebagai obat pelangsing.
3. Di Indonesia PPA hanya disetujui sebagai obat untuk menghilangkan gejala hidung tersumbat dalam obat flu dan batuk dan tidak pernah disetujui sebagai obat pelangsing.
4. Obat flu dan batuk yang mengandung PPA dan telah mendapat izin edar aman dikonsumsi sesuai aturan pakai yang telah ditetapkan.
Demikian penjelasan ini disampaikan untuk disebarluaskan kepada seluruh masyarakat.

Berita Terkait :

Tanya jawab pada keterangan pers tentang penjelasan terkait informasi obat flu dan batuk yang mengandung Phenylpropanolamine (PPA)

Monday, May 18, 2009

FLU BABI

Dua kasus misterius flu babi pada manusia telah ditemukan di wilayah Imperial dan San Diego di Southern California, AS.

Seperti dilaporkan Los Angeles Times, Rabu (22/4), petugas kesehatan lokal, negara bagian dan federal telah melakukan penyelidikan guna menemukan sumber kasus itu.

Seorang gadis yang berusia 19 tahun di Imperial County dan anak laki yang berusia 10 tahun di San Diego County diidentifikasi terserang virus tersebut. Namun tak seorang pun perlu dirawat di rumah sakit dan keduanya telah pulih. Demikian dilaporkan surat kabar tersebut, yang mengutip beberapa pejabat kesehatan.

Kasus itu membuat bingung pejabat kesehatan karena tak seorang pasien pun telah melakukan kontak dengan babi atau satu sama lain, dan rangkaian flu tersebut tak pernah dilihat di Amerika Serikat.

Beberapa pejabat mengatakan tak ada petunjuk virus tersebut menyebar. "Kita tak menghadapi wabah," kata Dr. Wilma Wooten, pejabat kesehatan di San Diego County. Anggota keluarga dan orang lain yang mengenal kedua pasien tersebut sedang diwawancarai dan diperiksa.

Meskipun penyakit tersebut biasanya mengakibatkan gangguan pernafasan pada babi, flu babi jarang menyerang manusia. Hanya 12 kasus lain infeksi pada manusia telah dideteksi sejak 2005, demikian data dari U.S. Centers for Disease Control and Prevention (CDCP). Dari ke-12 kasus tersebut, 11 pasien telah melakukan kontak dengan babi. Gejala penyakit itu meliputi demam, lesu, batuk dan kurang nafsu makan. Kasus ini terbilang langka. Karena, menurut CDCP jarang ada catatan mengenai kasus penularan kasus flu babi dari manusia ke manusia.


ONO
Sumber : Ant
sumber :
KOMPAS.com-

OBAT

Di Amerika Serikat, seorang medis profesional dapat memperoleh obat dari perusahaan farmasi atau farmasi (yang membeli obat dari perusahaan farmasi). Farmasi dapat juga menyediakan obat secara langsung kepada pasien bila obat tersebut dapat dengan aman digunakan sendiri, atau diberi kuasa dengan preskripsi medis|preskripsi yang ditulis oleh dokter.

Kebanyakan obat mahal harganya untuk dibeli pasien ketika pertama kali dipasarkan, namun asuransi kesehatan dapat dipakai untuk meringankan biaya. Ketika paten untuk suatu obat berakhir, obat generik dibuat dan diedarkan oleh perusahaan saingan yang menyebabkan harga murah. Obat yang tidak membutuhkan preskripsi dari orang medis profesional dikenal dengan nama obat OTC (bahasa Inggris: ''Over the Counter'', yang berarti di kasir) dapat dijual di toko biasa.

Di Indonesia, obat mahal lebih banyak karena besarnya biaya pemasaran yang ditanggung oleh perusahaan farmasi, terutama untuk obat ''ethical''. Walaupun secara hukum promosi obat jenis ini tidak perbolehkan, tetapi secara praktik, banyak biaya yang diserap oleh tenaga medis sendiri.

Obat dapat diperoleh melalui apotik, puskesmas, toko obat dan tenaga medis sendiri.
. . . T E R I M A K A S I H . . .
w w w. f o r u m - o b a t. b l o g s p o t. c o m